Thursday, September 20, 2007

.:Selamat Datang Ramadhan:.

.:Selamat Datang Ramadhan:.
Ahlan Wasahlan ya Ramadhan ^_^
Seperti ramadhan sebelumnya ritual pulang kampong bagi anak kost sudah menjadi kewajiban. Seminggu sebelum puasa 5 hari seblum puasa saya pulang kampong. Orangtua yang sudah 7 tahun ditinggal merasa sepi, juga dengan selelsainya urusan di kampus. Pulang kampong salah satu stategi.

Beberapa teman pondokan ada juga yang pulang kampong. Demi menyambut bulan penuh magfirah ini, pondokan harus siap ditinggal sejenak untuk menikmati santap bersama orang-orang terkasih. Namun beda dengan Elly, Tina yang mengurungkan niatnya pulang kampung karena harus menyambut tamu bulanannya juga, istilah Tika ”Kodrat Alam”. Ina yang sudah terbiasa pertama sahur dipondokan tidak merasa perlu pulkam (pulang kampung), baginya berkumpul bersama teman-teman senasib di pondokan punya makna sendiri untuk melakukan ritual yang hanya bisa di nikmati sekali setahun, jika Allah masih memanjangkan usia kita. Waktunya pulang kampung. Tepatnya Sabtu, 8 september aku pulang kampung, sebelumnya harus keliling makassar dulu, temani Neneng bawa lamaran kerjanya, trus ke EX.goro liat-liat pameran buku yang katanya terbesar di Makassar bareng Elly ke sana, sampai tak sadar kalo ternyata kantong plastik kami harus penuh dengan buku-buku. Ludes deh isi dompet. Tapi tak apalah, ilmu gada habisnya kog. Pas lapar Rury esemes kalo acara wisudanya tu hari, alhamdulillah pas lapar ada rejeki, hehehe

Jalan Baru
Baru 2 bulan tidak pulang kampung secara berurutan, sudah terjadi perubahan dimana-mana. Jalanan masuk lorong rumahku sudah di pasangi paving block. ”itu proyek pemerintah” ucap ayah. Namun yang paling mengalami lonjakan adalah hampir disetiap rumah tetanggaku sudah punya roda dua (motor oi...). katanya tak sulit mendapatkan hanya dengan beberapa panjar ratusan ribu kita sudah bisa menikmatinya.

Teringat dengan seorang bapak yang mengomentari aspal baru yang kita lewati, menurutnya ” sekarang kita sudah tidak dijajah, tapi pembunuhan secara halus lewat perbaikan jalan akan membuat kita akan semakin cemat menuju maut”. Sambil menikmati angin yang berhembus lewat jendela mobil AVP merah yang kami tumpangi.

Bukan hanya itu, kecanggihan teknologi kini sudah merambah ke kampung-kampung, terutama t5elepon genggam dengan berbagai merek. Aku sempat tersentak ketika sepupuku menertawai tipe hanphone yang sudah hilang tombol on-off-nya, ”ini toh ganti-ganti lalomi itu hapemu, jeleknyami lagi, kesingnaji”.yap...memang hanya kesingnya yang cantik. Tapi bagiku telepon genggam hanya berfungsi agar tak hilang dari peredaran, begitu yang Neneng istilahkan. Hampir semua anak muda dan mudi sudah punya hanphone yang dilengkapi dengan empetiga dan kamera. Akh...iklan kau begitu menggoda. Nah kalo sudah gini mau di apami anak mudayya??

Perempuan dikampungku juga sudah pada putih kulitnya, tapi bukan putih alami seperti yang di miliki artis pesinetron yang sering terselip di layar kaca. Mereka pada berlomba memutihkan kulit wajah. Sampai-sampaiu putihnya sudah menjadi pink. Kata Tia yang sudah memutihkan wajahnya ”e...3 kaliji nu pake na putih mukanu. Tapi harusko hindari matahari supaya tidak terbakarki” komentarnya ketika kutanya tentang perubahan wajahnya.

Perempuanku ke Kota
Kampungku yang dulunya dipenuhi banyak gadis-gadis, sekarang sudah tak lagi. Banyak yang ”mengungsi” ke kota katanya untuk perbaikan nasib. Ada juga yang nikah muda, maksudnya lebih muda dari saya hehehe. Nah jadilah pas pulang kampung rumahku dikelilingi dengan pengantin baru. Maklum indonesia sudah punya 3 musim, selain musim hujan, kemarau, panen, juga musin nikah.(kalo ada yang mau nambah musim silahkan...!).

Salut juga sama gadis-gadis yang usia sekolah esempe yang tak ingin melanjutnya sekolah karena mereka bilang ”sekolah mahal”. Yah sudah daripada capek-capek buka buku trus ga masuk otak. Mending cari uang buat makan. Namun, ratarata diantara mereka juga ada yang sekolah tapi putus, karena kondisi ekonomi. Kalo mau dicerita nih, perempuan di kamungku itu usia esempe kelas satu sudah pada pintar masak-masak. Malah kalo musim nikahan ato acara besar, sudah menjadi hal biasa ada mereka dipanggil. Trus ibu-ibu hanya menata dan nimbrung makan, tapi ga semuaji tawwa ibu-ibu makan. Karena adaji juga yang masaka, alias kukus nasi pake kayu :-p.

Puasa di Kampung
Hari pertama puasa juga ga terlalu ku nikmati. Yah...biasa kodrat alam hehehe Jadinya untuk meramaikan makan sahur yah...nimbrung aja gitu. Hari pertama puasa, arus kegiatan sedikit berkurang. Anakanak esde sampe esemu pada libur sampai hari minggu. Trus hari seninnya mereka pesantren kilat. Para pedagang dan penjual ikan juga jadwal ngantornya di pasar yang biasanya pulang jam 10 harus di press lebih cepat sampe pukul 9. penyebabnya kurang pembeli. Jadinya nenekku yang juga penjual ikan hanya bisa berucap ”pacce paballia, appuasa tongi” (baca:kasihan...pembeli juga puasa).

Kurangnya pembeli hanya salah satu dampak, tapi tukang ojek dan penjualpenjual lain juga harus mengeluh. ”punna kammne penumpang, tanre paballi baju beru” (kalo penumpang minus begini, tak ada uang pembeli baju baru) ungkap Dg.Pali salah satu tetanggaku yang berprofesi tukang ojek.

Hari pertama ummat Muhammad berbondongbondong memenuhi rumahnya. Ceramah terdengar jelas sampai ke rumah yang jaraknya memang tidak terlalu jauh kurang lebih 50 meter. Dikampungku kelompok khalwatiah sangat banyak. Entahlah secara jelasnya saya juga ga tau aliran apa itu. Yang pasti kalo sudah shalat isya dan subuh ritual zikir pasti ada. Bukan hanya itu kalo shalat taraweh sampai tarweh 20. kan biasanya cuman taraweh delapanji toh. Makanya imam kampung yang menjadi penceramah pertama memberi tahu makna perbedaan ”jadi yang taraweh delapan pulangmaki dengan tidak menganggu yang lain, terutama kepada anakanakku yang masih kecil, jangki berteriak....”

Adeku yang bungsu berumur delapan tahun, setiap habis buka puasa bersama temansebayanya ke mesjid. Trus pulang lebih awal. Pas ku tanya” cepatna tawwa pulang”. Ia menjawab ”taraweh delapanja saya kaka”.

Sahur...sahur... (tek ketek; anggap bunyi pukulan, hihihi)
Sahur...sahur...(tek ketek)
Setiap jam 2 dini hari anak-anak muda dan kebanyakan anak kecil, membangunkan penduduk untuk bangun sahur. Alat alat yang mereka gunakan sederhana saja, dengan berbekal panji ibunya yang sudah bolong pantatnya, botol bekas minuman soda, sendok sebagai pemukulnya, dan tutup botol yang di ratakan, kalo di kampungku di sebut piceng, trus di paku di atas sebatang kayu sebesar ibu jadi, kayak yang biasa di pake para pengamen, ada juga yang bawa seng bekas trus di gebukin pake kayu juga.

Ammbaung ngase’maki angganre dannari (bangun semuamaki makan sahur)
Dengan menggunakan maik dari masjid, penjaga masjid akan membangunkan juga. Kalau sudah jam 3.30 acara seputar tanya jawab keislaman akan ditanyakan, bersama daeng bani dan pa ustadz.

Yah...begitulah seputar ramadhan di kampung selama seminggu penuh. Minggu siang berangkat menuju Makassar. Penumpang kini membludak ”kurang mobil, banyak yang turun ke jungpandang belanja” ungkap sopir pete-pete biru yang kutumpangi.
(Makassar nan Panas, tapi harus semangat yah...slmat berpuasa semoga hikmah dan ridhoNya bisa kita kulum bersama ;)