Tuesday, July 15, 2008

KECERIAAN DIKASSI (menikmati bersama bocah-bocah)

tadi pagi ke kassi ajak anak paud darma wisata. tadinya rasa was was sangat mencekam para guru (saya, bu hasni dan bu lela). harapan kami, anak anak tak banyak tingkah sesampai dipermandian kassi. karena kami tahu banyak dari mereka yang senang berlari kesana kemari apalagi dengan suasana yang baru. mereka selalu ingin tahu tentang sesuatu hal. hari ini bocah-bocah itu berkumpul, seperti biasa rumah-rumah kecil depan rumah selalu jadi tempat transit mereka sebelum kesekolah. ada ilham, alam, rahmat, bojes, janwar, mita, kahfi, santi, putri, putra, marni, yayu, reski, lenteng, lina, bayu, mantang, lebong, farhan (bagong), dan anggar. kami bahagia, betipula dengan anak-anak. sebenarnya reski(lk) mau ikut tapi ia takut setelah melihat adi
(ade yang polisi) . padahal adi hanya turun dari tangga. ia fobia setelah pernah
melihatnya mengejar pencuri. kami berharap ia akan kembali kesekolah. ada beberapa orang tua murid yang datang mengantar. tapi, kebanyakan tidak datang. seperti biasa orang tua mereka berkantor dipasar menjual ikan. maka, harapan dan tanggungjawab sepenuhnya diserahkan pada kami. terima kasih atas kepercayaannya para orang tua.
jam 8 tepat ibu lela sudah datang. ia langsung menjmeput anak-anak. sebelumnya saya juga menyuruh mereka untuk segera mandi dan siap-siap kelokasi permandian. dari mata dan semangatnya terpancar kebahagiaan yang sangat cerah. saya bahkan hanya bisa bersyukur atas segalanya. dengan uang pas-pasan, saya dan guru-guru nekad untuk mengajak mereka. karena sokolah rintisan ini masih baru, kami hanya merongoh kocek pribadi untuk melakukan segala. tapi, hal ini yang membuat kami semangat mengajak bocah-bocah ini bermain dan belajar. donatur tetap kami, ibu dan ayah. ada juga donatur pakaian, bunda nurung. makasi yah atas bantuannya.

tadi anak-anak sempat ngumpul uang seadanya. mereka yang masih tergolong mampu ada yang membawa uang 5ribu, lalu kami berinisiatif untuk mengumpul 2rb dari mereka. kemudian yang tak mampu tak membawa uang sepeserpun. ada juga yang membawa makanan jadi, yaitu alam, yayu dan reski. selebihnya saya dan guru-guru membawa makanan tambahan; buras, plus telur rebus dan mie goreng.
untuk mengantisipasi kehilangan bocah-bocah, saya berinisiatif membuat semacam id card. kubuatkan gambar senyum dan menaruh nama mereka lengkap dengan identitas sekolahnya (mis, kahfi; paud nursyam tamanroya). bu lela datang lebih awal ke rumah untuk membantu menempel id card mungil itu di baju mereka menggunakan hetter. mereka juga senang, kami menjelaskan untuk tak melepaskan kertas itu. tapi, anggar, janwar melepas juga. kami juga banyak mejelaskan untuk tak pergi ke tempat lain tanpa ijin dari bu guru. mereka serentak menjawab ’iya bu....”

jam 9 lewat mobil baru datang. mobil carteran ini datang terlambat karena masih dikota. anak-anak sudah menunggu lama. ’bu guru...mau sekalima naik mobil” ucap mantang dengan manjanya. ”bu...lama kamma mobilka deeeh...mauma liat kassi kodong” ucap rahmat. ’iye nak...sabar nah...mobilnya sudah dekat” sambil kuelus rambut rahmat. main mainmaki dulu nah”lanjut bu lela. 15 menit kemudian mobil biru datang. tepat di depan rumah mobil berhenti, tapi belum juga diperintah putri sudah mendekati mobil yang belum berhenti sepenuhnya. spontan mama jadi kaget, hampir saja kakinya tegilas karet mentah mobil. trus belum juga diperintah naik ke mobil putri sudah naik ke mobil, tadinya mama larang putri ikut. tapi, ia saya suruh berjani untuk tak nakal sampai di permandian. saya melihat ia hampir menangis, tapi setelah kubiarkan naik ke mobil barulah ia tersenyum.
karena kami kewalahan harus membawa anak 20 orang, maka kami berinisiatif untuk mengajak beberapa orang lagi untuk membantu kami mengawal bocah-bocah ini. ada nur, anti, mifta, nuni, lenteng dan suaib. remaja ini kami juga beri tanggung jawab untuk membagi bocah-bocah. jadi kami sepakat mereka memgang 2-3 anak. selebihnya yang agak liar dan susah diatur itu menjadi bagian kami para guru. alhamdulillah semua berjalan lancar dan terkendali.

sampai di semua anak diatas mobil bu lela mengabsen ulang para bocah ini. mereka terlihat ceria. tak berhenti mereka melambaikan tangan sampai mobil menuju permandian yang jaraknya hanya 20 menit saja. memang permandian ini sangat dekat dari tempat kami tapi tak banyak anak yang pernah berkunjung ke sana. paling hanya orang tua yang senang saja dengan rekreasi yang mengajakanya. tapi, kebanyakan dari mereka baru pertama kalinya.

diatas mobil lagu-lagu ceria menjadi penyemangat. bahkan pak sopir juga terlihat ceria melihat mereka sambil berucap ” deu...hhh anak-anak kammayyaminne parutusang ngaseng deeeng” (anak-anak yang begini yang menjadi urusan penting). maksudnya , butuh perhatian dan pengawalan yang ketat karena di lokasi nanti banyak penurunan. kami sudah sampai di gerbang, bocah-bocah terlihat tegang, ”hampirmaki sampai deeng” ucap bu lela. ”horeeeeee” lagi-lagi keceriaan bersama mereka. setelah membayar karcis rombongan kami masuk ke lokasi. awalnya samping musholah kami pilih untuk tempat bermain. tapi, lokasi masih sepi. rombongan kami yang pertama tiba. karena merasa belum banyak pengunjung. kami berinisiatif membawa mereka jalan-jalan menuruni tangga dari atas bukit menuju pantai. kami berbagi bocah untuk di kawal menuju tujuan. ada yang memegang 2 orang ada juga yang 3-4 orang. bocah yang sudah agak besar usia 5-6 tahun sudah bisa jalan sendiri hanya berjalan sambil berpegangan tangan. ”pegangki tangannya ade’ta nah mita nanti jatuhki kodong”. ”kita juga alam jagai ade’ta nah, lentang.’ ”iye’ bu” jawabnya mengangguk. hal ini selalu saya tekankan bahwa mereka yang sudah besar seperti alam, ilham, mitha, bojes dan rahmat harus menjaga adik-adiknya. tidak boleh memukul dan melerai jika ada yang berkelahi. hasilnya mereka bisa bertanggungjawab. dan mereka juga mampu menerapkan pinta kami sebagai guru. hal yang menarik karena, seperti biasa santi, mantang, dan putri yang biasanya berkelahi. sesampai di permandian tak satupun dari mereka bertengkar. juga ala, ilham dan rahmat yang biasanya bersmak down (boongan) tak melakukannya. mereka butuh refresing memang. bu lela dan bu hasni mengawal mereka yang senang dnegan pantai. alam, ilham dan rahmat bermain pasir membentuk kerucut dan tumpukan layaknya bukut-bukit. sementara bocah wanita ada yang hanya senang duduk di karpet yang dibawa, saya yang menjaga mereka. bayu, bojes, dan anak-anak lain juga berkejaran dengan ombak sampai kaki celana mereka basah. sampai 20 menit kemudian mereka sudah kelelahan kami berinsiatif makan buras, telur dan mie dibagi bagi seadanya. mereka yang membawa sendiri di dampingi para remaja makan, ada yang disuapi ada juga yang makan sendiri. kebersamaan ini membuat mereka tambah bahagia, kami juga senang melihat meraka makan dengan lahapnya. karena buras tidak cukup maka satu buras dipotong 2. mereka saling menyebut nama. ’bu...saya berduakan bojes”...ucap rahmat. ”saya juga bu....samaka lebong” ucap mantang. ”bu...telur....” ”bu...mie...” mereka meminta sampai saya kelabakan membaginya. ”iye,,,sabar...yah...semua akan kebagian...”ucapku. ”iyo...janganmaki berteriak-teriak begitu deeeh..” ucap bu lela.
para nelayan memperhatikan kami. mereka juga sibuk membersihkan perahu mereka, juga rumput laut yang baru saja mereka panen. anak-anak nelayan juga membantu ayahnya. kulihat turut serta istri dan anak-anak permpuan dan anak lelaki mereka. setelah makan kami sebenarnya masih ingin menikmati pantai dan ombak. tapi, bocah-bocah sudah mau pulang. jadi, kami pun mengiyakan untuk pulang. kami bersyukur karena tanpa diperintah mereka berinisiatif ingin pulang. lokasi dibersihkan, anak-anak kami ajar untuk membuang sampah pada tempatnya. dan spontanitas mereka mengambil bungkus buras yang mereka makan masing-masing. bungus makanan yang mereka bawa juga, bungkus permen, bungkus kerupuk, dan kulit telur.

pak sopir sengaja kami minta untuk tak kembali mengambil penungpang. karena rencananya kami memang hanya satu jam saja. kami menaiki tangga, bocah-bocah sudah berani jalan sendiri, walaupun lenteng bocah paling muda berusia 3 tahun yang digendong. sesampai di tempat semula, samping musholah. rencanaya kami akan bermain sebelum pulang. tapi, bocah-bocah sudah mendahului perintah naik ke pete-pete. juga pak sopir meminta pulang segera karena pelanggannya sudah menelponnya beberapa kali untuk dijemput. kami menghitung ulang jumlah bocah-bocah, setelah dirasa cukup kami naik ke pete-pete dan ku sarankan kepada pak sopir untuk melewati jalan yang agak jauh untuk bisa menikmati pemandangan.

sepanjang perjalanan bocah-bocah menyanyikan lagu-lagu keceriaan, balonku, anak baru, naik gunung, kasih ibu, satu-satu, binatang kecil. mereka juga melambaikan tangan tak henti-hentinya. tepukan tangan seolah-olah bahagia adalah milik mereka.
T.ROYA,28 JUNI 2008