Saturday, December 29, 2007

Met TahuN Baru

selamat tahun baru semuanya........
semoga tahun depan bisa lebih baik lagi yah...:)

seorang sahabat mengirimkanku pesan singkat

NoliMited said:
Jika Tiap peristiwa puNya Momen
Maka Tutup Tahun AdaLah MomeNtum Untuk
Start be Doing
Start Be Change
Start a better.
Keep Health, Spirit n Smile!
happy New Year & New 4 ALL ;)

harapan dan impian menjadi nyata
jika ada keinginan, do'a dan terpenting Usaha

Jaga Badan Biar Tap bisa Melawan N suBversif Kamerad
^_^

Harapan Baru yang Lebih baik...

Aura duaRibu Tujuh segera berakhir. kini penghujung Januari duaribu Delapan segera tiba. apa yah...hmhmhm menjemput impian atau sekedar bermimpi? akh terlalu banyak hal yang mesti dikelarkan. kedepat harapan yang lebih baik so pastimi toh itu yang diharapkan (bede').

seorang teman bertanya "apa harapanmu tahun depan". lagilagi profesi baru menjelang. pengangguran. kini data di BPS akan bertambah lagi. tapi...semuanya akan berakhir kog.
kemarin pas cepeenes yang diplesetkan sama seorang teman yang katanya sangat idealis dengan kata CPNS. dia bilang Calon Pegawai Negeri Sinting. dia tanya lewat esemes 'cia nda mendaftarki cepeenes?_(seperti plesetannya itu).
"tidak sista.. jurusan sastra inggris murni ga ada,yang ada hanya sastra inggris untuk posisi guru". dalam hatiku senang sekali ga ada formasi SI murni. kalopun itu ada aku juga ga mau daftar. sapa juga yang mau bertemu dengan kertaskertas dan meja (pedeku lulus ding, hehehe)akhirnya kuputuskan ambil akta empat. yah...itungitung transfer ilmulah:).

alhamdulillah sekarang walau belum punya sim ngajar (akta4, red) tapi sudah banyak sekolah yang tawari ngajar english. entahlah sekarang dikampungku lagi smangat2nya mau blajar inggris2 gitu deuh...:) tapi, belum kesampean coz aku maunya ngajar dipedalaman gitu.tapi, ibu kepseknya bilang ntar kalo semester baru jalan, baru bisa ngajar. ukh...gimana yah rasanya ngajar. dumba2ka kaue...heehhehe :)

mudah2an semuanya lancar deuh...
chayoo...cia :)

Thursday, December 27, 2007

Hujan berlabuh, desember...

semalam pas pulang dari rumah yati, abis wisata kuliner. Pulangnya...entah karena kekenyangan atau keberatan, ban mobil indira harus kempis. Dia dan rury segera menaiki becak dan mencari tempat tubeless. Yah...harus molor lagi ketemuan dengan k’surahmat. Maap yah ka’ ^_^. Pas pulang, kebenaran banget indi mau jenguk adenya dipesantren jadi nebeng lagi deuh...hehe. jalanan sepanjang urip dan tamalanrea bolong-bolong, terang saja mobilnya indy sampe berselimut lumpur. Mana lagi macet yang luar biasa. ‘kayak jakartami di’” ucap cely yang asing mendengrakan lagu. “ada yang tahu kenapa Jakarta banjir” tanya uly yang sebentar lagi mau turun di dirgantara. “karena hujan toh!” ucap rury. “ah...salah” ‘apaji pale jawabannya” tanyaku. ‘jakarta banjir karena banyak gedung pencakar langit, trus tanahnya ga sanggup menahan beratnya tumpukan semennya” . uly...uly....” trus nanti Makassar akan seperti itu juga makanya, itu air marah...karena tempatnya mengalir ada yang ambil tawwa di’, lanjutku.

Nah pas sampe di kios, k’ hamzar berucap “wadoh...barubaru pulang” . tanpa disebut namanya sapa yang pulang, aku dah ngerti pasti aku telat lagi. Ukh...’datang besok pagi jam tujuh yah”

Begitu beratinya waktu, sampai pagi ini, kupikir pukul 7.30 emang dah telat banget. Tapi mau diapami, jam delapan tengtong nyampe dikios. Yang kutemui hanya k’ita yang lagi nyuci pakaian. Pas kutanya mana k’hamzar “adaji tadi diluar’. Daripada bengong mending menulis saja.eh...nda lama kemudian, k’ hamzar datang ‘waduh...telat lagi deh...”. mataku melotot kayak mau keluar saja. Wah...seterlambat ituka’ kah kodong...ihk..ihk...”tadi k’kasman ada, tapi pergi lagi, trus k’surahmat jam sepuluh baru datang”. “untuk membayar keterlambatanmu, nunggu aja”. Iya deh...aku nunggu...tapi ga pake lama yah...:)

Empat hari sudah aku di Makassar. Hujan tak henti-hentinya mengguyur Makassar. Namun, hari ini matahari kembali memuncratkan cahayanya. Banyak yang mencarinya. Temanteman dipondokaku sekarang sedang bahagia, bau apek tak lagi mewarnai pakaiannya, tak ayal lagi nyuci missal dilaksankan. Atau wisudawan dan wati yang tersenyum manis karena bedak diwajahnya tak luntur di sisir hujan pagi ini. Selamat buat k’rahman, k’ oci dan k’uni atas wisudahannya menamatkan studi S2 di unhas. Semoga padu padan ilmu bermanfaat bagi rakyat.:)

Mengapa harus kami...

Tiga tahun aku berusaha melembutkan hatinya. Aku berusaha membuatnya yakin bahwa aku tak akan mengecewakannya. Ia bukan perempuan yang seperti biasanya. Entahlah, aku juga tak tahu alasan apa yang membuatku begitu ingin memilikinya. Tas ransel tak ketinggalan. Celana jeans hitam lengkap dengan kaos oblong adalah cirri khasnya. Suatu hari aku bertanya “kenapa gayamu kayak laki-laki, sayang”. Dengan cueknya ia menjawab “yah, sudah kalo merasa keruk makan jeruk kita putus saja”. Setiap aku bertanya tentang gayanya yang cuek, ia selalu mengeluarkan kata-kata pamungkasnya “kita putus”. Ketakutanku bertambah ketika aku tahu kalau dia tak seagama denganku. Masalahnya bukan pada kami berdua tapi orangtua kami yang mempermasalahkannya. Aku bingung mengapa keyakinan selalu bermasalah saat aku ingin memperjuangkan rasa. Ari pun tak keberatan ketika ia tahu kalo aku beda dalam hal peribadatan dengannya.
***
“sayang kamu dah makan?”
“iya, mang kenapa?”
“sayang aku mau setiap kali kamu esemes kamu juga panggil aku sayang”
“apa....sayang...ngga’ deh”
“mangnya kenapa sayang?”
“karena aku tak suka, mestikah setiap rasa ditunjukkan?. Aku sudah cukup dengan keadaanku. Kalau kamu mau trima, yah sudah hubungan ini kita lanjutkan, atau....”
“oke...oke...sayang tak usah kau lanjutkan”
Sudah lima tahun aku tinggal dikampung. Setelah lulus diploma aku kembali kekampung walaupun tempat kerjaku di kota tapi, aku berusaha mendekatkan diri sama ibu. Stroke yang ia derita semakin bertambah ketika aku menyatakan akan menikah dengan Ari.
‘nak, aku tak melarang kamu menikah dengan siapapun, namun jangan menikah dengan yang tak seagama” ucapnya dengan selang infuse menggantung di lengannya.
“tapi, bu...aku sangat menyayanginya?”
“nikah beda agama itu haram nak!”
“bu...aku tak bisa melupakannya. Tiga tahun aku berjuang untuk mendapatkannya. Hati sudah tertambat padanya”
“kalau kamu masih ngotot ingin menikah dengannya, aku ikhlas melepasmu”
Aku hanya tertunduk, lagi-lagi embun malam menetes dipipiku. Ada yang bilang aku terlalu cengeng untuk seorang lelaki. Itu juga alasanku mengapa aku sangan suka dengan Ari. Perempuan tomboy yang sudah kukenal lima tahun silam. Ia bukan hanya menggatikan sosok ayah yang pergi, juga menjadi pendamping hidup. Kau boleh saja menertawai sikapku. Namun, cintaku pada Ari akan tetap kuperjuangkan.
***
Kuberanikan diri untuk mengutarakan niat baik Wandy pada ayah. Kupikir ini waktu yang tepat. Ayah seperti biasa dengan secangkir kopi dan surat kabar yang sudah ia baca tadi pagi. Ibu masih sibuk didapur. Teras menjadi pilihan tepat kami bercengkrama.
“besok Wandi akan melamarku ayah...”
‘Wandi pacar kamu itu?”
“iya yah...”
“tidak boleh...” lalu ayah berpaling tanpa ingin melihat mukaku
“tapi yah....kami saling mencintai”
“cinta...cinta...makan itu cinta. Apa kamu lupa. Kakek dan nenekmu menikah atas nama cinta, tapi perbedaan keyakinan telah memisahkan mereka. Ayah harus terlunta-lunta. Tak tentu arah. Karena tak ada sanak yang mau menerima. Dan sekarang kamu akan mengulang kisah itu...” masih tak melihatku dibalik surat kabar.
“ayah...tapi kami...” aku tak mampu melanjutkan kalimatku.
“jika cinta yang kau banggakan, ayah tak tahu, dulu akau dan ibumu tak saling mencinta. Tapi, lama-lama kebersamaan yang membuat kami mampu bertahan sampai kau dan adikmu lahir. Lebih baik kau putuskan saja dia. Kalu kamu masih ngotot ingin bersamanya. Pergilah dan jangan pernah kembali” ayah telah berlalu. Secangkir kopi sore ini tak ia sempat ia seruput.
aku melangkah menuju kamarku. Ibu, pasti tahu apa yang aku rasa saat ini. Ia yang paling mengerti keadaanku.
‘nak...kamu harus brfikir ulang,apa yang ayahmu katakana itu benar” ibu bersuara dari dapur.
Kini kamar menjadi pilihan tepat bagiku.
“say...ayah tak menginkan kita bersatu”
“sabar yah sayang...suatu saat nanti kita akan bersama”
“trus ibumu bagaimana?, apa ia sudah mau menerimaku?”
“aku sudah meminta restu pada ibu, tapi...hasilnya sama denganmu sayang”
“sayang...kita memang tak pantas bersatu, terlalu banyak halangan yang kita harus lewati. Aku tak ingin meninggalkan orangtuaku. Pun, pasti kamu juga begitu bukan?”
“aku paham sayang, tapi...mestikah rasa yang harus kita hujat?”
“aku bangga telah mengenalmu. Mudah-mudahan esok kita bisa dipertemukan sayang”
“iya sayang...Tuhan kita sudah berjanji jika kita tak bertemu didunia, kita akan bertemu disurga”
“aku akan menanti”
***
Kami sepakat untuk Tak menikah sampai maut memisahkan kami. Aku tak mampu mencari yang lain. Bagiku Ari adalah sosok perempuan yang tak tergantikan. (aku pinjam kisahmu sobat:)