Wednesday, April 25, 2007

Aku (Tak) Akan benci Lelaki

Lelaki di tiap episode

Ia kini pergi entah ke bumi mana. Ia menabur benih di lahan mana aku tak inin tahu ia kemana. Sementara aku menanti uluran tangannya ketika sang jabang memanggil ayahnya

***
Ia tersentak ketika aku dengan lelakiku bercumbu di balik tirai dedaunan yang mulai menguning. Aku tak kuasa menahannya setelah ia menikam lelakiku dengan badiknya

***
Tak habis fikirlah aku. Mengapa cemburu masih menghantuinya. Sememtara palu siding telah di ketuk. Namun, amplop masih saja setia ketika wajahku tersiram air bening keras

***
Hamper setiap saat kau membisikkan ‘aku tak sanggup hidup tanpamu’ ucapmu malam sebelum selaputku kau sobeki. Dan kedua malam itu menjadi saksi bahwa kau tak sanggup menderai rindumu padaku. ‘maaf aku tak butuh dirimu” jawabku malam itu juga. Kulihat bening matamu mulai pecah tersayat bulu hitam temaram_kantukmu. Kau tak bias mengapitku lagi karena denganbelati karatmu kau gorok dagingku dalam tungku yang sematkan di balik fentilasi dadamu.

***
Kau, dengan kedua tangan selalu meminta. Ibumu selalu kau perah. Sememtara anak dalam perutku sengaja kau abai_berlalu. Kemarin kau memintaku membunuh. “biadab” balasku saat malam di sisiri hujan gemuruh. Ingatkan aku yang tak pernah bias mengikuti setiap mimpi yang kau sematkan di laci imajimu.

***
Dengan cara apa aku membantumu. Doa-doa kini tak terbalskan lagi. Tuhan muak dengan kita_mungkin. Ketika senapan melemahkan betismu, sehari sebelum anak kita lahir. Kau harus mendekam tanpa dosa. Sayupsayup terdengan “Tuhan, mana adilmu”. Dan aku tahu suara itu taka sing bagiku. Sekali lagi kau berucap “ tak ada maaf bagi mereka yang memberi utang untuk bayiku”

Lelakiku
Karena aku, kau, kita dan mereka belajar beda
(“Aku benci perempuan”punyaya Andika Mappasomba, "tak perlu membencikami":)

No comments: